Lakoat.Kujawas
Mollo: Perempuan dari Gunung
+/- 18 Menit
Kombinasi teater, tari, dan musik

Sekumpulan orang berkelana dari Nenosaen, arah matahari terbit mengikuti bintang yang kerap muncul selepas matahari terbenam untuk mencari sumber mata air yang dipercaya sebagai rumah masa depan mereka.

Namun perjalanan itu penuh dengan tantangan, salah satunya adalah kutukan dari bulan purnama jahat. Untuk menghindari purnama jahat para pengelana akan bersembunyi di dalam hutan lebat atau gua gelap ketika purnama tiba.

Sayang, nasib buruk menimpa Bi Fatis, salah satu pengelana yang mendapat misi mencari sumber mata air di gunung. Dia dikutuk bulan menjadi batu. Kelak batu Bi Fatis menjadi rumah bagi pengelana berikutnya dan mereka menamai tempat itu Mollo, yang artinya perempuan dari gunung. Dia juga berhasil mengajak damai dengan purnama jahat sehingga tidak ada lagi kutukan setelah itu. Di antara orang-orang Mollo itu hiduplah Nenek Kaunan, perempuan hebat yang bisa menanam air. Dia berkeling hutan dengan periuk tanah, menuang air ke tanah dan jadilah sumber mata air. Dia merawat nilai yang telah diwariskan oleh leluhurnya bahwa alam bagaikan tubuh manusia. Tanah bagaikan kulit, air bagaikan darah, batu bagaikan tulang, hutan bagaikan rambut. Jika alam rusak bagaimana manusia bisa hidup?

Waktu berganti, dunia berubah. Hutan banyak ditebang, batu-batu ditambang, sumur-sumur menjadi kering. Orang Mollo mengalami gagal panen dan kelaparan. Di antara penduduk Mollo ada seorang perempuan muda Namanya Maria. Ia menggandeng banyak orang untuk membuat perubahan di kampungnya. Mereka percaya bahwa Mollo bisa berjaya seperti dulu dengan kembali menjaga hutan dan batu, merawat mata air, terus menenun, bernyanyi dan menari. Dengan begitu mereka tetap punya koneksi dengan alam.

Profil Seniman
Lakoat.Kujawas adalah komunitas warga yang mengintegrasikan perpustakaan, kelas menulis kreatif, food lab, sekolah adat dan ruang arsip seni budaya Mollo. Lahir di desa Taiftob, pegunungan Mollo, Timor Tengah Selatan tahun 2016 sebagai bagian dari semangat preservasi budaya dan revitalisasi kampung. Sejak tahun 2018 Lakoat.Kujawas aktif menerbitkan buku sejarah kampung, dongeng, puisi dan resep makanan lokal. Kini sedang menyelesaikan riset untuk proyek Surat-Surat dari Mollo, sekumpulan resep pangan lokal dan surat-surat untuk perempuan pejuang lingkungan di Mollo. Sebuah benang merah antara kekayaan biodiversitas, bahasa, gastronomi dan narasi ekologi.
Tony Oematan: Sutradara 1
Dicky Senda: Penulis cerita dan sutradara 2
Marlinda Nau: Narator dan penyanyi
Erlis Talan: Kreatif
Findy Lengga: Kreatif dan penari
Sandra Liu: Kreatif dan penari
Indy Seran: Kreatif dan penari
Mama Fransina Kosat: Penyanyi
Mama Bernadetha Kasse: Penyanyi dan pemusik
Mama Juli Tapatab: Pemusik
Bapa Willy Oematan: Kreatif dan pemusik
Vita Seran: Penari dan kreatif
Yenni Liufeto: Penyanyi, kreatif dan penari
Ari Sekoko: Videografer dan editor
Mama Vero: Penyanyi dan artisan pangan
Mama Mety Laka: Penenun
Nilda Seran: Kreatif
Riny Bessy: Kreatif
dkk.
PLEASE ROTATE YOUR DEVICE